Dr Maurizio Viel, ahli bedah plastik di London Center for Aesthetic Surgery yang berbasis di Dubai, mengatakan saat klinik dibuka kembali pada Mei 2019, setelah sempat tutup total pada Maret dan April karena atura pembatasan ketat, permintaan pun langsung meroket.
“Pada awal Mei saat kami baru buka kembali, kami terkejut karena permintaan untuk botox and fillers [jenis perawatan wajah untuk mengatasi kerutan. Red] begitu tinggi,” katanya.
“Operasi kemudian diizinkan untuk dilakukan pada pertengahan Mei. Kami betul-betul melihat permintaan yang sangat tinggi. Kami masih menyimpan daftar tunggu,” imbuhnya.
Sementara itu, Dr Sanjay Parashar dari Cocoona center for Aesthetic Transformation di UEA yang juga ketua Perkumpulan Operasi Plastik Ilmiah Emirat, mengatakan pihaknya juga mengalami permintaan yang tinggi untuk operasi plastik.
“Tapi, hampir 95 persen dari pasien kami untuk sementara baru mempertimbangkannya dan segera membuat perencanaan,” lanjutnya.
Dr Viel mengatakan, prosedur non operasi yang paling banyak diminati adalah botoks, filler, peremajaan wajah dan laser dengan permintaan tertinggi termasuk sedot lemak, mengencangkan perut, memperbesar payudara, dan operasi kelopak mata.
Sebelum pandemi, banyak orang terkungkung oleh rutinitas sehingga membatasinya untuk melakukan operasi plastik.
Selain faktor kenyamanan karena dapat menjalani proses pemulihan pasca operasi diam-diam di rumah, ketersediaan dana juga menjadi pendorong permintaan.
Kini, saat perjalanan internasional berkurang drastis dan orang dipaksa untuk bekerja dari rumah, waktu untuk mempercantik diri menjadi lebih banyak. Demikian pun ketersediaan dana. Operasi plastik menjadi terjangkau karena dana yang semula disisihkan untuk berlibur ke luar negeri dialokasikan untuk biaya operasi.
Rin Hindryati
Naskahkita 