Ia mengenal dunia jurnalistik sewaktu masih di kampus. Saat mengerjakan skripsi di program studi Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Nasional (Unas), Jakarta ia bergabung dengan majalah Teknologi dan (kemudian) majalah bisnis Prospek yang baru terbit. Setelah itu ia sempat menjadi reporter di majalah Indonesia Business Weekly, koran Bisnis Indonesia, kantor berita AP-Dow Jones biro Jakarta, dan suratkabar The Asian Wall Street Journal (ASWJ) biro Jakarta (sampai 2005). Selain itu ia pernah bekerja paruh waktu untuk sejumlah media asing (televisi dan cetak), termasuk TV5 (Perancis), Channel 9 (Australia), majalah Fortune, dan majalah Asian Affair (Hong Kong). Prestasinya sebagai jurnalis menjanjikan. Bersama tim reporter The Asian Wall Street Journal ia mendapat SOPA (the Society of Pulishers in Asia) 2005 Awards for Editorial Excellence untuk liputan Tsunami Aceh. Lalu, bersama Eric Ellis, lulusan program postgraduate diploma, Political Studies, Otago University, Dunedin, New Zealand ini mendapat Weakley Award untuk reportase ihwal Islam garis keras di Indonesia. Liputan tersebut dimuat di majalah The Bulletin (Australia).
Selain menjadi wartawan, ibu dari Kei dan Che ini juga menggeluti dunia penerjemahan. Dia, bersama P. Hasudungan Sirait, menerjemahkan buku The Representations of the Intellectual (Edward W. Said, diterbitkan Yayasan Obor Indonesia, 1998), Che Guevara: Motorcycle Diary (Yayasan Jurnalis Independen, tahun 2000), dan Hannah Arendt-Martin Heidegger (Elzbieta Ettinger, Penerbit Nalar, tahun 2005).